Melihatmu seperti ini, membuatku seakan ingin menyerah.
Melihatmu seperti ini, membuatku seakan ingin marah pada
diriku sendiri yang tidak pernah bisa membuat dirimu merasa benar-benar
bahagia.
Aku tahu bagaimana sikap dan caramu ketika kamu marah.
Aku mempelajari semua itu.
Mulai dari gerak-gerikmu, tatapanmu, caramu mengirim pesan
padaku.
Aku tahu, aku mengerti.
Andai kau ada di posisiku saat ini, akankah kau kuat
menghadapinya?
Sifatmu yang cuek itu sudah lama ada dalam dirimu.
Jika kau cuek dan marah, aku rasanya ingin mati saja.
Menghadapimu yang seperti ini sudah cukup lama bagiku.
Dan jika kau tanya alasan mengapa aku tetap bertahan...
pasti alasannya simpel.
Alasannya, aku
mencintaimu. Hanya itu.
Kau selalu bilang bahwa kau tak pernah suka jika aku
menangis.
Namun, tahukah kamu, jika aku tidak menangis, rasa sabarku
itu akan hilang.
Tangisanku ini, seperti senjata terakhirku dalam
menghadapimu.
Saat aku berusaha untuk mengajakmu berbicara baik-baik, kau
malah menutup telinga.
Kau malah menulikan diri.
Jika kau bertanya, apa alasanku bersifat seperti ini saat
kau cuek...
Alasannya juga simpel.
Alasannya karena aku
tidak ingin kehilanganmu.
Mungkin kau berpikir bahwa aku ini gila, egois, atau
sebagainya.
Aku mencintaimu. Hanya itu yang ku tau.
Hanya kamu yang ku miliki. Hanya itu yang ku tau.
Jika kau ingin bertanya alasan lain, aku tidak tahu jawaban
apa yang harus ku berikan padamu.
Hanya ada tiga alasan,
aku mencintaimu, aku tidak mau kehilanganmu, dan hanya kamu yang ku miliki.
Sekarang, giliranku bertanya padamu...
Jika kamu terus cuek seperti ini, lalu aku menyerah, apa
yang akan kamu lakukan?
Yang ku tahu, hanya aku yang bisa tahu apa yang kamu
rasakan.
Aku mempelajari dirimu. Aku mencintaimu. Hanya aku yang
mengerti.
Jika kau tetap cuek, lalu aku pergi, apa yang akan kamu
lakukan?
Kau akan membiarkanku pergi?
Lalu, di mana kamu akan mendapat wanita seperti aku lagi?
Di mana lagi kamu bisa mendapat wanita yang mempelajarimu
dan sabar menghadapimu?